Kamis, 30 Agustus 2007


Manusia : Alat pemuas orang lain atau diri sendiri

“Tujuan hidup” mendengar kata ini pasti kita semua punya persepsi sendiri dan berbeda satu sama lain. Ada yang berpendapat itu yang harus dikejar, ada juga yang berpendapat untuk apa dipikirkan, sebagian ornag lagi berpendapat jalankan saja hidup init toh Allah sudah membuat takdir untuk kita, segelintir orang malah berpendapat jika kita sudah sampai pada tujuan hidup maka hidup sudah lengkap tp bagi sebagian orang anti kemapanan adalah tujuan hidup mereka.
Tapi apakah kita pernah tahu apa sesungguhnya tujuan hidup, pernahkah kita bertanya pada diri sendiri apa sebenarnya yang kita inginkan dalam hidup, apakah tamat dengan cepat kemudian menikah, atau tamat kemuadian mencari kerja dan bekerja, atau tamat tetap di kampus dan mengurusi komunitas kampus yang pernah kita ikuti, atau tamat dan menjadi penjilat pejabat dengan mengatasnamakan komunitas mahasiswa sebagai kedok.
Begitu banyak peran yag dilakukan oleh manusia untuk bertahan hidup, tp apakah itu yang kita inginkan, apakah itu hakekat hidup sebenarnya, apakah tujuan hidup, dan apa sebenarnya tujuan Allah menciptakan manusia. Apakah yang kita jalani sekarang ini merupakan wujud dari diri kita sebenarnya?.
Dunia dan masyarakat sudah membuat parameter sendiri mana yang di katakana sukses dan tidak, apakah terpilih menjadi pemimpin organisasi adalah suatu kesuksesan atau apakah mendapat IPK “tiga koma” itu dikatakan pintar tanpa harus tahu prakteknya? Dan sayangnya kita sendiri patuh pada parameter yang di buat oleh masyarakat itu, kita merasa puas apabila telah mencapai IPK tinggi, dan kita melihat kemenangan menjadi pemimpin adalah kemenangan bukan suatu amanah, tp pernahkah kita bertanya pada hati kecil kita apa bedanya kalau kita tidak bisa membawa diri, kalau kita hanya bisa mengandalkan orang tua bahkan untuk tahu keinginan kita, orang tua yang menentukan kita harus apa dan bagaimana, untuk semua itu ternyata manusia hanya wayang yang yang diatur oleh dalang yang notabene adalah sistem yang ironisnya di buat oleh wayang- wayang yang pintar.
Akhirnya kita semua adalah boneka yang dijalankan oleh system dan kita patuh pada rutinitas yang sama setiap hari tanpa tahu apakah benar itu yang kita inginkan atau kita hanya terbawa oleh parameter yang ada, manusia sesungguhnya adalah alat pemuas bagi manusia lain, ketika kuliah mahasiswa adalah alat pemuas dosennya, dan ketika memasuki dunia kerja bawahan adalah alat pemuas bos nya, keadaan di rumah mungkin tidak beda jauh anak adalah alat pemuas bagi orang tua. Apakah ini yang kita inginkan, let’s ask to your deepest heart.

By Tessa SimahateSaran dan kritik mengenai tulisan Hub : Simahate82@ Yahoo.co.idI’ll be waiting for your visit to my email

Diposting oleh simahate di 22:04 0 komentar
Posting Lebih Baru Home
Berlangganan: Posting (Atom)
EKSPLOITASI
By Tessa Simahate

Persoalan dunia tidak pernah dan tidak akan ada habisnya, tapi ada satu persoalan yang harus terus diperhatikan, ‘eksploitasi’ masyarakat pasti akrab dengan istilah ini istilah ini mulai berkembang beberapa tahun belakangan ini, istilah ini menjadi negatif seiring banyaknya pemberitaan di media massa.

Eksploitasi di dunia sudah berlangsung dari awal peradaban, ini bisa dilihat dari perbudakan pada zaman sebelum masehi sampai saat ini, dan terjadi di semua belahan bumi, di Amerika Abraham Lincoln sudah berjuang demi persamaan hak dan mengecam tindakan eksploitasi tanpa membedakan ras, suku, gologan, dan warna kulit, perjuangannya mendapat respon positif dan pada akhirnya dihapuskanlah perbudakan di Amerika.

Perjuangan Amerika ikut mempengaruhi eksploitasi manusia di dunia, masyarakat dunia percaya dengan berhasilnya perjuangan Abraham Lincoln, maka isu eksploitasi ini selesai, tapi masyarakat salah, perjuangan ini belum selesai bahkan bertambah rumit, jumlah ekploitasi manusia terus bertambah seiring waktu, ada yang di lakukan secara gamblang tetapi ada juga yang dilakukan dengan topeng yang legal tapi apapun bentuknya tindakan itu tetaplah salah.

Bosnia, di negara ini anak-anak di bawah umur 14 tahun sudah dikenakan wajib militer dan diajari memegang senjata laras panjang sekaligus bagaimana cara membidik dengan benar, di negara bekas kawasan skandinavia wanita dan anak-anak di pekerjakan di pabrik minuman keras dan tidak di bayar sesuai standart, di cina perempuan di berdayakan sebagai buruh pengurai sampah elektronik dari negara maju dan tidak di bayar dengan layak padahal resiko pekerjaan mereka sangat tinggi, lain halnya di negara indonesia, di sini wanita di pekerjakan sebagai TKI (Tenaga Kerja Indonesia) dan di ekspor ke negara lain tanpa kemampuan yang memadai yang hasilnya mereka hanya bisa menjadi PRT (Pembantu Rumah Tangga). Apakah pemerintah bingung menciptakan lapangan pekerjaan bagi mereka atau pemerintah sudah kehabisan akal mencari aset negara manalagi yang harus di jual ke investor asing jadilah TKI sumber daya non migas indonesia yang paling banyak mendatangkan devisa negara. Atau agen-agen yang berkedok agen TKI yang kemudian menjebak perempuan di bawah umur sebagai pelayan bar dan perempuan penghibur.

Persoalan-persoalan di atas merupakan gambaran kecil eksploitasi yang tersebar di seluruh dunia dan masyarakat seolah menutup mata akan masalah ini dan membenarkan atas nama kebutuhan hidup dan urusan perut, tapi apakah anda juga bagian dari mereka yang tidak perduli, ini bukan lagi isu gender bagi aktivis perempuan dan bukan juga masalah hak-hak anak bagi aktivis anak tapi ini adalah isu global yang sudah harus sangat diperhatikan, mereka bisa saja keluarga anda, tetangga dan kerabat anda, tapi lebih dari itu mereka adalah satu dari sekian puluh juta penduduk dunia seperti juga anda, tapi nasib mereka kurang beruntung karena berada dalam situasi yang tidak mereka inginkan, apakah anda akan diam saja, sebagai salah satu penduduk dunia yang perduli ini saatnya bertindak. J.F Kennedy pernah mengatakan, “if not now when? If not me who?” Kata-kata ini yang harus di tanamkan dalam diri masing-masing individu, selanjutnya bagaimana anda menginteprestasikannya.