Rabu, 05 September 2007

perempuan

Perempuan
By Tessa Simahate

Allah menciptakan manusia menjadi dua jenis yaitu perempuan dan laki-laki, agar terdapat keseimbangan dalam hidup, ketika salah seorang dari mereka membutuhkan perlindungan maka yang lain akan melindungi, ketika yang lain membutuhkan tempat untuk bersandar maka pasangannya akan menjadi tempat bersandar paling sempurna,

Tapi pada kenyataannya sekarang adalah tidak ada keseimbangan dalam hidup, laki-laki lebih mendominasi dalam mengambil keputusan sedangkan perempuan hanya menjadi follower bahkan objek bagi keputusan tersebut dan perempuan tidak berani membantah jika keputusan itu dia anggap kurang tepat. Inilah gambaran dunia modern sekarang.

Tahun 2004 ketika acara oprah winfrey show menayangkan apa yang terjadi pada perempuan di afrika, cina, India bahkan amerika sendiri mereka yang menonton pasti miris menyaksikan bagaimana perempuan tidak di muliakan di semua belahan dunia,di afrika perempuan di paksa bertunangan ketika umur delapan tahun dan menikah umur sepuluh tahun dan boleh digauli oleh suaminya ketika mereka pertama kali mendapatkan menstruasi pada umur rata-rata tigabelas tahun, al hasil mereka melahirkan dalam kondisi tubuh yang belum siap untuk melahirkan, panggul mereka masih terlalu kecil dan vagina mereka belum matang sehingga mereka harus menahan sakitnya melahirkan selama empat hari, dan biasanya bayi mereka sudah meninggal pada saat itu, ini berlangsung sampai anak ke empat sampai lima baru setelah anak ke enam mereka baru bisa melihat bayi mereka yang hidup karena pada saat mereka telah melahirkan anak ke enam umur mereka sudah mencapai delapanbelas sampai sembilan belas tahun sehingga fisik mereka sudah siap untuk proses tersebut.

Lain halnya di cina, di negar ini terdapat budaya perempuan yang mempunyai kaki yang kecil boleh di nikahi oleh pejabat negara, maka setiap keluarga berlomba lomba menyakiti dan ‘memperkecil’ kaki anak perempuan mereka, caranya mirip seperti alat yang sering di gunakan untuk merapikan gigi tapi di bentuk seperti yang diinginkan pemakai, setelah itu perempuan itu harus memakai sepatu besi ini selama 4 tahun dari umur lima sampai sembilan tahun, perempuan-perempuan ini di paksa berjalan dan beraktifitas dengan sepatu besi tersebut dan setiap hari harus di panaskan agar cepat terbentuk, dan hasilnya jari-jari dan tulangnya tidak terbentuk secara sempurna melainkan mengikuti bentuk sepatu besi tersebut dan ini melewati fase yang sangat menyakitkan dan infeksi yang berkepanjangan.

Di India, perempuan yang hendak menikah harus memberi mahar pada keluarga calon suami, dan sadisnya ketika umur perkawinan mencapai tiga sampai empat tahun mahar kembali akan diminta oleh keluarga suami sebagai bayaran karena telah tinggal di rumahnya, apabila mahar ini tidak di berikan maka sang istri akan di bakar hidup-hidup dan ironisnya angka kematian akibat di bakar suami jauh lebih tinggi daripada angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas. Dan pemerintah tidak bisa melakukan apapun karena mereka tidak mengakui dibakar hidup-hidup oleh suami dan pihak keluarga juga menutupi krn itu dianggap aib.

Apa yang terjadi dengan perempuan, di saat satu perempuan berhasil menjadi pembuat kebijakan malah kebijakan yang di buat menempatkan perempuan lain dalam kesulitan, merasa di jajah di dunia yang merdeka, merasa disiksa di tempat yang seharusnya dia disayang dan merasa sendiri di tempat yang seharusnya dia di lindungi,

Kenapa kebudayaan menempatkan perempuan dalam kelemahan, pihak minoritas, dan pihak inferior pihak yang selalu menjadi nomor dua, padahal keseimbangan bisa terjadi apabila perempuan dan laki-laki sadar posisi mereka equal, tidak ada pekerjaan perempuan dan laki-laki yang ada hanya sesame manusia yang saling membantu saling membutuhkan dan saling mengisi. Now its time to full fill life with balancing and equality and differences are part of life and there is no majority and minority.


Tidak ada komentar: